Pendopo

Terhampar seluruh getar hati dalam setiap kata dan maknanya. Terdendang sebuah kisah yang sempat tertoreh di seperempat waktu. Kebahagiaan terasa hanya beberapa kejap dari usia yang tak lagi dihitung oleh hitungan tahun tetapi oleh kedalaman rasa. Maka, di atas sajadah kata ini, ku berusaha memetik dawai hati, nyanyikan kidung sunyi yang rindukan buaian mimpi. Tak usah membuka telinga, belalakkan mata, apalagi memaksa batu bicara pada takdir. Bukan pula penulis, tetapi tetap mencoba menulis.

ILMU FILSAFAT VERSUS FILSAFAT ILMU


(Kajian Etimologis-terminologis)

A. HANTARAN
Ada yang mengasumsikan bahwa filsafat itu sulit, sulit dalam artian bukan karena tidak adanya definisi apa itu filsafat, melainkan karena terlalu banyaknya definisi yang di introdusir oleh para tokoh filsafat. Filsafat sudah menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, mempunyai ruang definisi-perspektif masing-masing, baik dalam kerangka ontologism, epistimologis, dan aksiologis, layaknya disiplin ilmu pengetahuan yang yang lain. 
Salah satu cara untuk mempermudah memahami filsafat adalah mengetahui filsafat dalam bingkai histories-geneologis, artinya filsafat harus diketahui dari proses sejarah pemikiran, aliran dan tokoh filsafat yang bersangkutan. hal ini dimungkinkan dapat mengetahui dan mampu mengidentifikasi kerangka ontologism, epistimologi, dan aksiologis disiplin ilmu ini.
Dus, perlu ada semacam pengkajian awal terhadap preodisasi yang (dalam hal ini adalah filsafat barat) dibuat oleh para ahli filsafat. Secara umum, periodisasi pemikiran filsafat barat itu dapat di bedakan dan di klasifikasikan sebagai berikut;

B. DESKRIPSI
1. Zaman Yunani Kuno (5 SM – 2 M)
Pada masa ini filsafat lebih bercorak Kosmosentris, artinya para filsuf pada waktu itu mengarahkan perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula terjadinya alam semesta. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (arkhe) dari alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal dengan julukan “filsuf-filsuf alam”. Tokoh yang termasyhur pada zaman ini antara lain; Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan lain-lain. 
2. Zaman Klasik Yunani (5 SM – 2 M)
Pada masa ini filsafat lebih bercorak Antroposentris, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan manusia (antropos) sebagi objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari jawaban tentang masalah etika (filsafat tingkah laku) dan juga tentang hakikat manusia. Tokoh kesohor pada masa ini antara lain; Socrates, Plato, Aristoteles. Mereka di juluki filsuf klasik, karena ide-ide mereka tetap aktual.
3. Abad Pertengahan (2 - M)
Pada masa ini filsafat lebih bercorak Theosentris, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan. Suatu karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama (Christiany). Tokoh yang paling piawai pada masa ini antara lain; Agustinus dan Thomas Aquines.
4. Zaman Renaissance (14 – 16 M)
Pada masa ini para ahli fakir berupaya melepaskan diri dari dogma-dogma agama. Bagi mereka citra filsafat yang paling bergengsi adalah zaman klasik Yunani. Oleh karena itu mereka mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, radikal, tidak terikat pada ajaran agama. Cita-cita ini terwujud dengan baik karena ditunjang oleh factor penyebab sebagai berikut;
a. Pudarnya kewibawaan dewan gereja yang dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan ilmiyah. Misalnya saja yang terjadi pada seorang filsuf, bruno, lantaran kegiatan ilmiyahnya dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
b. Orang tidak lagi mempercayai nilai universalisme yang dianggap terlalu abstrak. Orang lebih mendambakan nilai-nilai individualisme yang bersifat konkret dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk menggunakan akal piker secara bebas.
5. Abad Modern (16 – 19 M)
Corak pemikiran filsafat pada masa ini kembali pada masalah Antroposentris, serupa dengan masa klasik Yunani, namun lebih mengagungkan kemampuan akal piker manusia. Tokoh yang termasyhur pada masa ini antara lain; Rene Descartes, David Hume, Immanuel Kant, Wilhem Frederick Hegel, dan August Comte. Pendewaan terhadap akal pikir manusia itu tampak jelas dalam semboyan Descartes, Cogito Ergo Sum.
6. Abad Keduapuluh
Meskipun sulit untuk menentukan corak pemikiran filsafat yang khas pada masa ini, namun banyak ahli filsafat yang bercorak Logosentris, lebih dominan dari yang lain. Logosentris artinya, mayoritas filsuf pada masa ini melihat bahasa sebagai objek terpenting pemikiran mereka. Tokoh yang paling piawai pada masa ini antara lain; G. E Moore, Bethrand Russell, Wittgenstein, Ryle, Austin, dan lain sebagainya.

C. FILSAFAT; TITIK TOLAK KEHAUSAN BERFIKIR
Lahirnya filsafat yaitu bermula dari aktivitas berpikir manusia. Berpikir yang dapat disebut berfilsafat adalah berpikir yang radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar), sistematis (teratur, logis dan tidak serampangan) dan universal (umum, terintegral). Yang pada akhirnya tujuan berfilsafat adalah memperoleh pengetahuan yang menyangkut kebenaran.
Bertrand Russel (1946) dalam bukunya “History of Western Philosophy” mengatakan munculnyafilsafat di Yunani akibat kemahiran bangsa Yunani di dalam merajut dan menyempurnakan peradaban besar lainnya pada saat itu, Mesir dan Mesopotamia. Tesis B. Russel tersebut nampaknya sejalan dengan pandangan Van Peursen yang paling tidak memiliki tiga ciri perkembangan yang khas, yaitu; mistis, ontologis dan fungsional.
Hambatan-hambatan yang terjadi sebelum filsafat muncul, masyarakat Yunani masih menggantungkan diri kepada mitos, legenda, kepercayaan dan agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mereka. Akan tetapi sekitar abad ke-7 SM di Yunani mulailah berkembang suatu pendekatan yang berlainan disbanding masa-masa sebelumnya, yaitu melalui pendekatan filsafat. Dari sinilah peradaban Yunani mengalami titik balik peradaban yang cukup menakjubkan. Sebab, pada saat itu orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia dan lingkungan sekitar dengan tidak lagi menggantungkan diri kepada mitos, legenda, kepercayaan dan agama. Tetapi, mereka mulai menggunakan rasio dan akal sehat dalam rangka untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan.
Thales adalah seorang filosof pertama yang berjasa melahirkan gagasan-gagasan kritis mengenai semua kehidupan ini yang kata Thales berawal dari Air. Lalu, tesis tersebut mengundang perdebatan hingga sampai saat ini dan melahirkan banyak aliran pemikir, ilmuwan dan pemikir besar dunia.
Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The Greek Miracle). Ahli filsafat K. Bertens (1990) menyebutkan ada tiga factor, yaitu :
• Mitos bangsa Yunani. Layaknya pada bangsa-bangsa besar lainnya, Yunani juga memiliki mitologi. Mitologi tersebut dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat pasalnya, mite-mite sudah menjadi percobaan untuk mengerti (processing to know).
• Kesusastraan Yunani. Dua karya puisi Homeros (Iliyas dan Odyssea) mempunyai kedudukan istimewa. Syair-syair dalam karya tersebut telah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
• Pengaruh ilmu pengetahuan. Pada bangsa Yunanilah di dapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah.
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani philosophia yang berarti “love of wisdom” atau cinta kebijaksanaan, cinta keareifan, cinta pengetahuan, yang menurut sejarah istilah philosophia pertama kali digunakan oleh Pythagoras sekitar abad ke-6 SM.
Secara terminologi, banyak definisi tentang pengertian filsafat, yang dari situlah menunjukkan bahwa manusia memiliki sebuah kebebasan untuk memilih sudut pandang dalam berfilsafat seperti definisi dari beberapa filosof dan ahli filsafat, yaitu :
1. Para Filosof Pra-Socrates
Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal.
2. Plato (427-347 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni
3. Aristoteles (384-322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada
4. Rene Descrates (1596-1650)
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia
5. William James (1842-1910)
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang
6. R.F Beerling
Filsafat adalah mempertanyakan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat, asas, prisip dari kenyataan
7. Louis O. Kattsoff
Filsafat adalah suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan.
8. Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan. Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan diberikan jawaban oleh ahli filsafat
9. Poedjawijatno
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki ketyerangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
10. Sidi Gazalba
Filsafat adalah system kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis dan universal.
11. Lorens Bagus
Filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
Filsafat adalah disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang manusia lihat.
Definisi tentang filsafat yang ada dapat dipahami behwa filsafat sangat erat hubungannya dengan kegiatan pemikiran atau berpikir yang dilakukan manusia, yang sasaran pemikirannya mengarah pada segala sesuatu yang ada secara keseluruhan. Adanya interaksi dan saling berhubungan antara ilmu dan filsafat. Banyak persoalan filsafat yang memerlukan lanjutan dasar pada pengetahuan ilmuah apabila pembahasannya tidak ingin keliru.
Ilmu khusus memiliki konsep dan asumsi yang tidak perlu dipersoalkan. Terhadap ilmu khusus filsafat, secara kritis menganalisis konsep-konsep dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu- ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya.
Jadi, filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Hatta, Alam Fikiran Yunani, 5-12.
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, 18-26.
Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, 141.
Bertrand Russel, History of Western Philosophy, (London: George A. & Unwin Ltd., 1946), 3.
Louis O. Kattsoff, Element of Philosophy, Terj. Soejono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), 4.
Poedjawijatno, Pebimbing ke Arah Alam Filsafat (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 8.
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 24.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama, 2000), 242.

Disampaikan dalam Local Discussion Komunitas Sastrawan Intelektualis SENJANUARI Surabaya, Bidang Kurikulum “Filsafat; introdusir-hegemonic sejarah masa lalu’, Sabtu, 30 Maret 2008.


read more “ILMU FILSAFAT VERSUS FILSAFAT ILMU”